Selasa, 24 Agustus 2021

Membuat Kesepakatan Kelas

Kesepakatan Kelas untuk Efektifitas Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu pengetahuan yang ditemukan melalui proses percobaan, khususnya di laboratorium. Demikian juga pembelajaran IPA hendaknya dilakukan dilakukan dengan mengoptimalkan proses penemuan pengetahuan sendiri oleh siswa melalui metode ilmiah. Pembelajaran seperti ini dapat dilakuakan dengan menggunakan metode pembelajaran berbasiskan laboratorium. Hal ini disebabkan karena laboratorium IPA menyediakan kondisi dan fasilitas yang mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasiskan eksperimen atau pun penemuan. Pada aksi nyata modul 1.4 telah dilakuakan dengan memaksimalkan KIT IPA sebagai perangkat pembelajaran berbasiskan eksperimen dan penemuan di laboratorium IPA. Akan tetapi terdapat beberapa masalah pada pelaksanaan pembelajaran IPA di laboratorium, antara lain:1) Pembelajaran IPA berbasiskan eksperimen di Laboratorium sering melewati waktu alokasi waktu yang seharusnya; 2) Pembelajaran berbasiskan laboratorium IPA sering menimbulkan kerusakan alat; 3) Kebersihan Laboratorium IPA tidak terjaga terutama ketika pembelajaran selesai; 4) Eksplorasi pengetahuan siswa tidak optimal karena suasana kelas yang ribut, karena banyaknya alat IPA yang menarik untuk dicoba oleh siswa Masalah utama yang muncul pada pelaksanaan pembelajaran berbasiskan eksperimen adalah wakto. Pembelajaran yang melibaatkan siswa secara lamngsung untuk menemukan pengetahuan sendiri melalui proses percobaan seringkali melebihi alokasi waktu yang telah direncanakan oleh guru. Langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun oleh guru sering tidak dapat terlaksana dengan utuh. Akibatnya adalah kompetensi siswa, baik kognitif maupun psikomotorik, tidak dapat dicapai melalui pembelajaran tersebut. Bahkan beberapa proses percobaan siswa tidak dapat diselesaikan dalam alokasi waktu yang ada. Hasil yang lebih mengecewakan adalah konsep atau pengetahuan yang diharapkan tidak dapat disimpulkan dalam satu pertemuan. Solusinya tentu adalah melanjutkan pada pertemuan berikutnya. Hal ini akan berdampak terhadap proses pembelajaran berikutnya. Pembelajaran IPA berbasiskan eksperimen atau penemuan akan optimal jika dilaksnakan di laboratorium IPA. Pembelajaran tersebut menggunakan alat-alat laboratorium yang bermacam-macam, salh satunya adalah alat yang terbuat dari bahan yang mudah pecah dan mudah rusak. Seperti pada pembelajaran suhu biasanya menggunakan gelas kimia dan termometer yang terbuat dari kaca. Menurut catatan laboran IPA SMPN 1 Selong jumlah keruskana alat-alat pembelajaran IPA selalu ada pada setiap materi pembelajaran. Sebenarnya setiap pembelajaran dimulai selalui diingatkan untuk menjaga keselamatan kerja pada proses pembelajaran. Akan tetapi tingkat keaktifan siswa yang tinggi pada pembelajaran IPA berbasiskan laboratorium membuat kerusakan alat praktikum memang kadang sulit untuk dihindarkan. Pembelajaran IPA yang dilakukan di laboratorium IPA menggunakan metode eksperimen tentunya membutuhkan alat-alat praktikum yang cukup banyak. Selain itu waktu pembelajaran yang sering melewati alokasi waktu sering menimbulkan masalah pasca pembelajaran. Jam pembelajaran IPA yang telah habis dan digantikan oleh jam mata pembelajaran lain tentunya membuat siswa harus cepat kembali ke kelas mereka. Hal ini menimbulkan masalah kebersihan dan pengaturan kembali ruangan maupun alat-alat praktikum menjadi tidak maksimal dilakukan oleh siswa. Ruangan laboratorium tidak tertata seperti pra pembelajaran, demikian juga beberapa alat praktikum kadang masih kotor dan belum dikembalikan ke tempatnya. Ini tentunya akan mengganggu pelaksanaan pembelajaran IPA. Salah satu tujuan pembelajaran eksperimen adalah memunculkan sikap ilmiah pada siswa. Salah satu sikap ilmiah yang diharapkan adalah sikap ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran. Sikap ini dapat dibangkitkan dan ditingkatkan dengan memberikan kesempatan eksplorasi materi dan alat eksperimen secara lebih luas. Akan tetapi aktivitas pembelajaran eksperimen di laboratorium membuat suasana kelas menjadi ribut dan kadang tidak kondusif untuk mendengarkan peringatan guru. Eksplorasi siswa terhadap materi dan alat praktikum menjadi tidak sistematis dan akhirnya pengetahuan tidak akan terbentuk sesuai dengan konsep yang sebenarnya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka disusun sebuah aksi nyata Calon Guru Penggerak yang berjudul, “Kesepakatan Kelas untuk Efektifitas Pembelajaran IPA.” Aksi nyata tersebut dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan efekfitas dan efisiensi pelaksanaan pembelajaran IPA berbasiskan eksperimen di laboratorium. Selain itu untuk meningkatkan kepedulian siswa terhadap kondisi laborattoirum IPA sehingga dapat digunakan pada pembelajaran dengan maksimal. Kesepakatan kelas dibutuhkan agar siswa merasa memiliki dan menyadari sendiri bahwa laboratoirum IPA sangat bermanfaat untuk pembelajaran.Sehingga alat-alat tersebut dapat terjaga dengan baik. Kesepakatan kelas ini juga sangat bermanfaat bagi guru, tidak hanya bagi tercapainya kompetensi yang diinginkan pada siswa, tetapi juga efisiensi alokasi waktu pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran akan dapat dilaksanakan sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hal ini disebabkan karena siswa telah memiliki kesepakatan kelas yang akan membuat pembelajaran dapat dilaksanakan dengan sistematis sesuai dengan rencana. Kesepakatan kelas dibuat dengan melibatkan siswa secara langsung dan aktif. Ide kesepakatan disusun berdasarkan ide siswa sendiri. Siswa mengamati kondisi laboratorium pra dan pasca pembelajaran. Selain itu siswa juga diminta untuk mengamati proses pembelajaran di laboratorium. Berdasarkan ide siswa tersebut disusun sebuah kesepakatan kelas yang akan mengikat siswa untuk mematuhi secara sadar tata tertib laboaratorium dan proses pembelajaran IPA. Setelah kesepakatan kelas disetujui oleh siswa maka guru mengingatkan siswa untuk mematuhi kesepakatan tersebut. Siswa juga tentunya akan berusaha mematuhi kesepakatan kelas tersebut karena disusun berdasarkan ide mereka sendiri dan dimaksudkan untuk terlaksananya proses pembelajaran IPA yang menyenangkan. Selanjutnya kesepakatan kelas diinformasikan kepada laboran dan guru IPA lainnya. Hal ini dilakukan untuk membangun optimisme guru tentang pembelajaran IPA berbasiskan laboratorium. Guru akan merasa yakin bahwa pembelajaran akan berlangsung secara efektifit dan efisien. Setelah aksi nyata dilaksanakan selama dua minggu menunjukkan hasil yang cukup baik. Smua langkah-langkah pembelajaran dapat dilaksnakan sesuai dengan alokasi waktu yang telah direncanakan oleh guru. Keruskaan alat dapat dimimalisir karena siswa telah memiliki kesepakatan untuk mengikuti pembelajaran dengan memerhatikan kselamatan kerja. Hasil akhirnya adalah tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Aksi nyata ini dapat dikatakan memiliki tingkat keberhasilan sekitar 80%. Aksi nyata ini sangat bermanfaat untuk proses pembelajaran IPA yang menekankan pembentukan pengetahuan sendiri oleh siswa. Adapun keberhasilan yang dicapai adalah siswa telah cukup baik mematuhi kesepakatan kelas yang telah dibuat. Kondisi kelas di laboratorium menjadi kondusif untuk sebuah pembelajaran eksperimen. Siswa terlihat bertanggungjawab terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Adapun masalah yang masih muncul adalah terbatasnya informasi kesepekatan kelas di masa new normal ini. Siswa masuk secara bergilian antara yang absen ganjil dengan absen genap. Sehingga kesepakatan kelas pada siswa absen ganjil tidak dapatdisepakati semua pada siswa absen genap. Alternatif pemecahan yang saya lakukan adalah membuat kesepakatan kelas secara daring melalui google meet. Masalahnya adalah tidak semua siswa hadir pada sesi daring tersebut. Selain itu siswa tidak dapat mengamati secara langsung kondisi dan pembelajaran IPA secara langsung pada saat penyusunan kesepatakan kelas tersebut. Siswa hanya dapat berusaha mengingat kondisi riil laboratorium dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Aksi nyata membuat kesepakatan kelas untuk efektifitas pembelajaran IPA ini masih belum direalisasikan oleh semua guru IPA. Masih setengah jumlah guru IPA yang melaksanakan pembelajaran IPA di laboratorium, sehingga kesepakatan kelas tidak dapat dibuat oleh semua guru. Maka rencana perbaikan saya adalah berusaha meyakinkan guru lainnya untuk menyusun kesepakatan kelas dalam pembelajaran mereka. Saya akan menggunakan media youtube untuk menunjukkan keberhasilan pelaksanaan aksi nyata tersebut.

Selasa, 29 Juni 2021

 

Membuat Aplikasi Android untuk Meningkatkan Literasi Mengenal Budaya Daerah

(Program Berdampak pada Murid)

CGP: Abd. Rahman Jamal (SMPN 1 Selong)

 

            Pendidikan merupakan sebuah tuntutun hidup anak-anak untuk mencapai tujuan. Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Kodrat anak yang yang dimaksud adalah kodrat alam dan kodrat zaman. Menuntun kodrat alam dimaksudkan memaksimalkan dan mengarahkan kemampuan dasar siswa ke arah yang lebih positif dan bermanfaat untuk kebahagiaan anak. Sedangkan menuntun kodrat zaman merupakan menuntun anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan zaman mereka berada.

            Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi yang sangat pesat memungkinkan terjadinya komunikasi dalam ruang dan waktu yang hampir tanpa batas. Anak-anak dituntut dan diberikan kesempatan untuk ikut terlibat secara langsung berkembang di dalam arus teknologi informasi tersebut. Di sisi lain anak-anak dituntut untuk dapat menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi di dalam kebutuhannya sebagai siswa. Oleh karena itu tugas guru untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dan ketertarikannya kepada teknologi informasi tersebut. Maka berbagai platform pembelajaran dioptimalkan untuk memberikan kesempatan dan memfasilitasi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai kodrat zaman merekia.

            Selain itu satu tahun terakhir Indonesia masih berada di  masa pandemi covid 19. Hal ini juga berpengarahu terhadap dunia pendidikan. Salah satu solusi untuk mengurangi penyebaran covid 19 adalah menggunakan pembelajaran daring. Pembelajaran dengan menggunakan berbagai platform pembelajaran untuk meminimalisir tatap muka di dalam pembelajaran.

            Pembelajaran daring dan perkembangan teknologi informasi keduanya ini memaksa siswa untuk lebih banyak di rumah dan berteman dengan gadget atau dawai. Berbagai aplikasi dan game menarik menawarkan kebahagiaan tersendiri bagi siswa selama masa BDR (Belajar di Rumah). Sehingga tidak heran jika siswa sangat akrab dengan dawai mereka masing-masing. Masalahnya adalah tidak semua aplikasi di dawai berdampak positif kepada siswa. Selain itu memanfaatkan dawai menjadikan siswa hanya menjadi pengguna, tidak dapat mengembangkan ide kreatif. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah program untuk membantu mengembangkan ide kreatif  siswa tanpa harus meninggalkan kodrat zaman mereka.

            Sehingga kami menyusun program yang diberi judul ” Membuat Aplikasi Android untuk Meningkatkan Literasi Mengenal Budaya Daerah”. Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan hobi dan ketertarikan mereka terhadap berbagai aplikasi yang ada di gadget mereka. Siswa dapat mengembangkan ide kreatif mereka menjadi sebuah aplikasi yang tentunya sesuai dengan kemauan mereka. Para siswa dapat menyusun cerita dan skenario dan menuangkannya dalam bentuk aplikasi android. Aplikasi yang mereka buat dapat berupa game atau aplikasi. Melalui cara ini diharapkan siswa dapat mengembangkan hobi dan potensi mereka untuk mendapatkan kebahagiaan mereka sendiri.

Membuat Aplikasi Android untuk Meningkatkan Literasi Mengenal Budaya Daerah

            Program Membuat Aplikasi Android untuk Meningkatkan Literasi Mengenal Budaya Daerah ini dilakukan melalui berbagai tahapan yaitu: 1) konsultasi kepada kepala sekolah; 2) mminta ijin kepada wali murid; 3) dan melaksanakan program di sekolah dengan memanfaatkan aset sosial dan fisik. Aset sosial dilakukan dengan meminta bimbingan dari Sanggar Rumah Belajar NTB untuk membimbing siswa membuat aplikasi android. Aset fisik dengan memaksimalkan komputer SMPN 1 Sekolah yang cukup memadai.

Pembukaan Program
Membuat Aplikasi Android untuk Meningkatkan Literasi Mengenal Budaya Daerah

            Saat artikel ini disusun program aksi nyata telah berada pada 90 persen selesai. Setiap siswa telah berhasil membuat aplikasi android yang sesuai dengan impian mereka. setiap aplikasi android tersebut dilengkapi dengan gambar, animasi, dan suara yang cukup baik. Siswa membuat aplikasi android bertema budaya daerah yaitu budaya Sasak. Aplikasi tersebut telah dapat digunakan berbasis android masing-masing siswa untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber literasi digital oleh semua pihak.



            Saya sebagai calon guru penggerak yang menyusun program berpihak pada murid sangat bahagia. Tidak hanya hasil akhir tetapi proses selama program tersebut. Siswa terlihat sangat antusias di dalam mengikuti program tersebut. Mereka terlihat sangat tekun melakukan pencarian referensi maupun mengikuti bimbingan tutor. Para siswa terlihat tertawa dan bercanda di dalam semua proses tersebut. Proses yang menyenangkan tersebut membuat saya menjadi ikut bahagia. Semoga program ini dapat menuntun siswa mendapatkan kebahagiaan tidak hanya sekarang tetapi juga untuk masa depan mereka.

            Setiap proses memiliki hambatan. Demikian juga dengan program berdampak pada murid ini. Tingkat kesulitan software yang digunakan untuk membuat aplikasi android yang cukup tinggi membutuhkan bimbingan yang tidak sebentar. Direncanakan bimbingan hanya dalam waktu dua puluh hari, ternyata menjadi lebih lama. Akan tetapi tutor membuat desain bimbingan untuk mengatasi masalah tersebut.  Berbagai cara mudah juga diberikan kepada para siswa. Hal ini memberikan pelajaran tentangnya monitoring dan evaluasi untuk setiap program. Manajemen risiko sangat dibutuhkan untuk meminimalisir kegagalan suatu program.

            Program berdampak pada murid memberikan hasil yang cukup memuaskan. Akan tetapi program ini perlu dilakukan dilakukan perbaikan. Adapun rencana perbaikannya adalah menyusun desain bimbingan atau workshop yang lebih efektif dan efisien. Selain itu juga diberikan kesmepatan yang lebih luas kepada siswa untuk mengembangkan ide kreatif mereka tidak hanya sebatas pada budaya daerah. Sehingga program berdampak pada murid akan terasa langsung dan memberikan manfaat yang lebih merdeka.

 

             

Senin, 19 April 2021

Koneksi antarmateri Modul 3.1 (Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran)

            Pendidikan merupakan upaya yang sangat kompleks. Tidak hanya meningkatkan pengetahuan kognitif, tetapi juga sikap dan keterampilan siswa. Selain itu pendidikan juga bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa melalui proses langsung atau pun tidak langsung. Secara langsung pendidikan dilakukan melalui pembelajaran di kelas, sedangkan secara tidak langsung pendidikan dapat di lakukan di luar kelas.

           Guru memiliki peran besar di dalam keberhasilan tujuan pendidikan. Sehingga filosofi Ki Hajar Dewantara memberikan pedoman tugas guru yang sebenarnya bahwa guru bertuga menuntun mutid dengan kodrat alam dan kodrat zamannya menuju kebahagiaan. Banyak yang bisa dilakukan oleh guru dalam menjalankan filosofi Ki Hajar Dewantara ini, salah satunya adalah pengambilan keutusan sebagai pemimpin pembelajaran.

        Pratap Triloka Filosofi Ki Hajar Dewantara ini berhubungan dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Ing ngarso sung tulodo. Di depan guru harus mampu memberikan teladan. Setiap pengambilan keputusan harus menunjukkan keteladanan seseorang yang dapat dijadikan idola bagi siswa. Pengambilan keputusan yang tepat dan memenuhi empat paradigma, slaah satunya paradigma keadilan melawan kasihan, akan memberikan keyakinan kepada siswa bahwa guru dapat dijadikan idola dalam pembelajaran. Ing madya mangun karso. Di tengah membangun semangat atau motivasi. Di tengah proses pendidikan kadang siswa membutuhkan motivasi untuk mencapai tujuannya. Tetapi dilema etika kadang harus dihadapi oleh seorang guru pada kasus ini. guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu melakukan pengambilan keputusan yang efektif. Keputusan yang diambil harus mampu membangun semangat bagi siswa. Maka paradigma dan prinsip sangat dibutuhkan untuk pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Tut wuri handayani. Di belakang memberikan dorongan. Keputusan yang diambil harus mampu menjadi dorongan kepada siswa untuk optimis dalam mengembangkan potensinya. sehingga siswa tidak akan takut untuk bergerak dan berkembang, karena ada guru yang senantiasa memberikan dorongan.
          Setiap guru memiliki nilai-nilai dalam memimpin pembelajaran. Nilai-nilai ini akan berperan di dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan ini mencerminkan nilai-nilai diri seorang pemimpin pembelajaran. Jika seorang guru memiliki nilai-nilai yang tinggi maka keputusan yang diambil akan memunculkan rasa kepercayaan pada murid, atau orang yang mendapatkan efek dari keputusan tersebut. Nilai-nilai seorang guru akan ditunjukkan di dalam memilih paradigma dan prinsip pengambilan keputusan yang akan digunakannya. 

            Dalam proses seorang pemimpin pembelajaran sangat sering dihadapkan pada bujukan moral atau pun dilema etika. Hal ini akan memunculkan pilihan-pilihan penyelesaian masalah. Proses coaching akan menghadirkan kesadaran pengambilan keputusan yang tepat dan efektif sebagai pemimpin pembelajaran. Melalui proses coaching, seorang coachee akan menemukan kekuatan dirinya sekaligus solusi terbaik untuk penyelesaian masalah khususnya yang berkaitan dengan bujukan moral atau dilema etika

            Guru adalah seorang coach yang terlibat di dalam menumbuhkan potensi diri siswa. Coach membantu coachee untuk melakukan pengambilan keputusan yang tepat, dengan menggunakan paradigma, prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan yang tepat dan mendapatkan hasil yang optimal. Maka Efektfitas pengambilan keputusan sangat terbantu oleh proses coaching yang dilakukan oleh coach

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya menggunakan paradigma:

1. individu lawan masyarakat

2. rasa keadilan lawan kasihan

3. kebenaran lawan kesetiaan

4. jangka pendek lawan jangka panjang

Bujukan moral atau pun dilema etika menuntut pengambilan keputusan yang tepat, yang akan memuaskan semua pihak. Keputusan ini merupakan cerminan nilai yang dimiliki oleh pengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki nilai yang kuat akan menggunakan paradigma pengambilan keputusan yang tepat. paradigma yang digunakan akan mempertimbangkan karakteristik dan akibat yang akan terjadi dari keputusan yang diambilnya.

         Setiap dilema etika dan bujukan moral berpengaruh pada sebuah tatanan lingkungan. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sangat ditunggu oleh semua pihak. Sebuah keputusan yang tepat akan dirasakan bermanfaat oleh semua pihak. Keputusan yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap lingkungan. Sehingga sangat memungkinkan terciptanya perubahan lingkungan menjadi lenih nyaman, kondusif, dan aman. 

                Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran seringkali harus terbentur dengan bujukan moral atau melibatkan dilema etika pada suatu sistem pemangku kepentingan yang harus diutamakan. Dan tentunya pengambilan keputusan tersebut harus kembali ke paradigma yang berlaku pada suatu lingkungan. Pemilihan paradigma pengambilan keputusan yang tidak sesuai dengan sistem yang berlaku akan memunculkan dilema etika yang baru. Sehingga Pengambilan keputusan sangat sulit untuk menghindari para pemangku kepentingan.

  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Prinsip pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu 

1. berpiki berbasis hasil akhir, 

2. berpikir berbasis peraturan, 

3. berpikir berbasis rasa peduli. 

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan titk mulai memerdakaan murid dalam belajar. Pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran yang menggunakan prinsip yang tepat memunculkan rasa percaya kepada semua pihak, baik itu guru, murid, atau tenaga kependidikan. Rasa percaya ini akan berpengaruh terhadap dedikasi setiap elemen untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing. Hasil akhirnya adalah pemenuhan kebutuhan murid untuk merdeka belajar akan terpenuhi dengan baik. 

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran menggunakan 9 langkah yaitu:

1. Mengenal nilai yang saling bertentangan

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan

3. Mengumpulkan fakta-fakta

4. Pengujian benar atau salah

5. Pengujian benar lawan benar

6. Melakukan prinsip reolusi 

7. Investigasi Opsi Trilema

8. Membuat keputusan

9. Melihat kembali keputusan dan merefleksikannya

Sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa guru berperan menuntun siswa menuju kebahagiaan. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran akan menghasilkan rasa percaya pada diri semua warga sekolah. Nilai Kepercayaan ini akan dipegang oleh guru dan murid untuk mengembangkan sekolah maupun mengembangkan potensinya masing-masing. Sehingga setiap guru akan melakukan tanggungjawabnya untun menuntun siswa menuju kebahagiaan. 

            Guru yang memiliki nilai dan semangat sesuai dengan filososfi pratap triloka ki hajar Dewantara akan dapat membentuk budaya positif di sekolah. Melalui keteraampilan sosial emosional yang matang akan dapat berperan sebagai coach untuk melejitkan potensi murid. Dan akhirnya optimisme murid untuk menatap masa depan akan terbentuk melalui pengambilan keputusan yang efektif seorang , seorang pemimpin pembelajaran tersebut

(Abd. Rahman Jamal)

SMPN 1 Selong