Minggu, 14 November 2021
Selasa, 24 Agustus 2021
Membuat Kesepakatan Kelas
Selasa, 29 Juni 2021
Membuat
Aplikasi Android untuk Meningkatkan Literasi Mengenal Budaya Daerah
(Program
Berdampak pada Murid)
CGP:
Abd. Rahman Jamal (SMPN 1 Selong)
Pendidikan merupakan sebuah tuntutun
hidup anak-anak untuk mencapai tujuan. Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan
adalah menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Kodrat anak yang yang dimaksud adalah kodrat alam dan kodrat zaman. Menuntun kodrat
alam dimaksudkan memaksimalkan dan mengarahkan kemampuan dasar siswa ke arah
yang lebih positif dan bermanfaat untuk kebahagiaan anak. Sedangkan menuntun
kodrat zaman merupakan menuntun anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan
zaman mereka berada.
Perkembangan teknologi khususnya
teknologi informasi yang sangat pesat memungkinkan terjadinya komunikasi dalam
ruang dan waktu yang hampir tanpa batas. Anak-anak dituntut dan diberikan
kesempatan untuk ikut terlibat secara langsung berkembang di dalam arus
teknologi informasi tersebut. Di sisi lain anak-anak dituntut untuk dapat
menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi di dalam kebutuhannya sebagai
siswa. Oleh karena itu tugas guru untuk memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan potensi dan ketertarikannya kepada teknologi informasi
tersebut. Maka berbagai platform pembelajaran dioptimalkan untuk memberikan
kesempatan dan memfasilitasi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai
kodrat zaman merekia.
Selain itu satu tahun terakhir Indonesia
masih berada di masa pandemi covid 19.
Hal ini juga berpengarahu terhadap dunia pendidikan. Salah satu solusi untuk
mengurangi penyebaran covid 19 adalah menggunakan pembelajaran daring. Pembelajaran
dengan menggunakan berbagai platform pembelajaran untuk meminimalisir tatap
muka di dalam pembelajaran.
Pembelajaran daring dan perkembangan
teknologi informasi keduanya ini memaksa siswa untuk lebih banyak di rumah dan
berteman dengan gadget atau dawai. Berbagai
aplikasi dan game menarik menawarkan kebahagiaan tersendiri bagi siswa selama
masa BDR (Belajar di Rumah). Sehingga tidak heran jika siswa sangat akrab
dengan dawai mereka masing-masing. Masalahnya adalah tidak semua aplikasi di
dawai berdampak positif kepada siswa. Selain itu memanfaatkan dawai menjadikan
siswa hanya menjadi pengguna, tidak dapat mengembangkan ide kreatif. Oleh karena
itu dibutuhkan sebuah program untuk membantu mengembangkan ide kreatif siswa tanpa harus meninggalkan kodrat zaman
mereka.
Sehingga kami menyusun program yang
diberi judul ” Membuat Aplikasi
Android untuk Meningkatkan Literasi Mengenal Budaya Daerah”. Program ini
bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan hobi dan
ketertarikan mereka terhadap berbagai aplikasi yang ada di gadget mereka. Siswa dapat mengembangkan ide kreatif mereka menjadi
sebuah aplikasi yang tentunya sesuai dengan kemauan mereka. Para siswa dapat
menyusun cerita dan skenario dan menuangkannya dalam bentuk aplikasi android. Aplikasi
yang mereka buat dapat berupa game atau aplikasi. Melalui cara ini diharapkan
siswa dapat mengembangkan hobi dan potensi mereka untuk mendapatkan kebahagiaan
mereka sendiri.
Membuat Aplikasi Android untuk Meningkatkan
Literasi Mengenal Budaya Daerah
Program Membuat Aplikasi Android untuk Meningkatkan Literasi Mengenal Budaya Daerah ini dilakukan melalui berbagai tahapan yaitu: 1) konsultasi kepada kepala sekolah; 2) mminta ijin kepada wali murid; 3) dan melaksanakan program di sekolah dengan memanfaatkan aset sosial dan fisik. Aset sosial dilakukan dengan meminta bimbingan dari Sanggar Rumah Belajar NTB untuk membimbing siswa membuat aplikasi android. Aset fisik dengan memaksimalkan komputer SMPN 1 Sekolah yang cukup memadai.
Pembukaan Program Membuat Aplikasi Android untuk Meningkatkan Literasi Mengenal Budaya Daerah |
Saat artikel ini disusun program aksi nyata telah berada pada 90 persen selesai. Setiap siswa telah berhasil membuat aplikasi android yang sesuai dengan impian mereka. setiap aplikasi android tersebut dilengkapi dengan gambar, animasi, dan suara yang cukup baik. Siswa membuat aplikasi android bertema budaya daerah yaitu budaya Sasak. Aplikasi tersebut telah dapat digunakan berbasis android masing-masing siswa untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber literasi digital oleh semua pihak.
Saya
sebagai calon guru penggerak yang menyusun program berpihak pada murid sangat
bahagia. Tidak hanya hasil akhir tetapi proses selama program tersebut. Siswa terlihat
sangat antusias di dalam mengikuti program tersebut. Mereka terlihat sangat
tekun melakukan pencarian referensi maupun mengikuti bimbingan tutor. Para siswa
terlihat tertawa dan bercanda di dalam semua proses tersebut. Proses yang
menyenangkan tersebut membuat saya menjadi ikut bahagia. Semoga program ini
dapat menuntun siswa mendapatkan kebahagiaan tidak hanya sekarang tetapi juga
untuk masa depan mereka.
Setiap
proses memiliki hambatan. Demikian juga dengan program berdampak pada murid ini.
Tingkat kesulitan software yang
digunakan untuk membuat aplikasi android yang cukup tinggi membutuhkan
bimbingan yang tidak sebentar. Direncanakan bimbingan hanya dalam waktu dua
puluh hari, ternyata menjadi lebih lama. Akan tetapi tutor membuat desain
bimbingan untuk mengatasi masalah tersebut. Berbagai cara mudah juga diberikan kepada para
siswa. Hal ini memberikan pelajaran tentangnya monitoring dan evaluasi untuk
setiap program. Manajemen risiko sangat dibutuhkan untuk meminimalisir
kegagalan suatu program.
Program
berdampak pada murid memberikan hasil yang cukup memuaskan. Akan tetapi program
ini perlu dilakukan dilakukan perbaikan. Adapun rencana perbaikannya adalah
menyusun desain bimbingan atau workshop yang lebih efektif dan efisien. Selain itu
juga diberikan kesmepatan yang lebih luas kepada siswa untuk mengembangkan ide
kreatif mereka tidak hanya sebatas pada budaya daerah. Sehingga program
berdampak pada murid akan terasa langsung dan memberikan manfaat yang lebih
merdeka.
Rabu, 26 Mei 2021
Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru SMPN 1 Selong Tahun Pelajaran 2021/2022
persayaratan dan formulir pendaftaran bisa didownload melalui
Surat_Edaran_dan_form.daftar_PPDB_2021_(_Dalam_Zona_)
Surat_Edaran_dan_form.daftar_PPDB_2021_(_Prestasi_)
DAFTAR_KOLEKTIF_CALON_PPDB_2020
Senin, 19 April 2021
Koneksi antarmateri Modul 3.1 (Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran)
Pendidikan merupakan upaya yang sangat kompleks. Tidak hanya meningkatkan pengetahuan kognitif, tetapi juga sikap dan keterampilan siswa. Selain itu pendidikan juga bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa melalui proses langsung atau pun tidak langsung. Secara langsung pendidikan dilakukan melalui pembelajaran di kelas, sedangkan secara tidak langsung pendidikan dapat di lakukan di luar kelas.
Guru memiliki peran besar di dalam keberhasilan tujuan pendidikan. Sehingga filosofi Ki Hajar Dewantara memberikan pedoman tugas guru yang sebenarnya bahwa guru bertuga menuntun mutid dengan kodrat alam dan kodrat zamannya menuju kebahagiaan. Banyak yang bisa dilakukan oleh guru dalam menjalankan filosofi Ki Hajar Dewantara ini, salah satunya adalah pengambilan keutusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Pratap Triloka Filosofi Ki Hajar Dewantara ini berhubungan dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Ing ngarso sung
tulodo. Di depan guru harus mampu memberikan teladan. Setiap pengambilan keputusan
harus menunjukkan keteladanan seseorang yang dapat dijadikan idola bagi siswa. Pengambilan keputusan yang tepat dan memenuhi empat paradigma, slaah satunya paradigma keadilan melawan kasihan, akan memberikan keyakinan kepada siswa bahwa guru dapat dijadikan idola dalam pembelajaran. Ing madya mangun
karso. Di tengah membangun semangat atau motivasi. Di tengah proses pendidikan kadang siswa membutuhkan motivasi untuk mencapai tujuannya. Tetapi dilema etika kadang harus dihadapi oleh seorang guru pada kasus ini. guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu melakukan pengambilan keputusan yang efektif. Keputusan yang diambil harus
mampu membangun semangat bagi siswa. Maka paradigma dan prinsip sangat dibutuhkan untuk
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Tut wuri handayani. Di
belakang memberikan dorongan. Keputusan yang diambil harus mampu menjadi
dorongan kepada siswa untuk optimis dalam mengembangkan potensinya. sehingga siswa tidak akan takut untuk bergerak dan berkembang, karena ada guru yang senantiasa memberikan dorongan.
Setiap guru memiliki nilai-nilai dalam memimpin pembelajaran. Nilai-nilai ini akan berperan di dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan ini mencerminkan nilai-nilai
diri seorang pemimpin pembelajaran. Jika seorang guru memiliki nilai-nilai yang tinggi maka keputusan yang diambil akan memunculkan rasa kepercayaan pada murid, atau orang
yang mendapatkan efek dari keputusan tersebut. Nilai-nilai seorang guru akan ditunjukkan di dalam memilih paradigma dan prinsip pengambilan keputusan yang akan digunakannya.
Dalam proses seorang pemimpin pembelajaran sangat sering dihadapkan pada bujukan moral atau pun dilema etika. Hal ini akan memunculkan pilihan-pilihan penyelesaian masalah. Proses coaching akan menghadirkan kesadaran pengambilan keputusan yang tepat dan efektif sebagai pemimpin pembelajaran. Melalui proses coaching, seorang coachee akan menemukan kekuatan dirinya sekaligus solusi terbaik untuk penyelesaian masalah khususnya yang berkaitan dengan bujukan moral atau dilema etika
Guru adalah seorang coach yang terlibat di dalam menumbuhkan potensi diri siswa. Coach membantu coachee untuk melakukan pengambilan keputusan yang tepat, dengan menggunakan paradigma, prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan yang tepat dan mendapatkan hasil yang optimal. Maka Efektfitas pengambilan keputusan sangat terbantu oleh proses coaching yang dilakukan oleh coach
Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya menggunakan paradigma:
1. individu lawan masyarakat
2. rasa keadilan lawan kasihan
3. kebenaran lawan kesetiaan
4. jangka pendek lawan jangka panjang
Bujukan
moral atau pun dilema etika menuntut pengambilan
keputusan yang tepat, yang akan memuaskan semua pihak. Keputusan ini merupakan
cerminan nilai yang dimiliki oleh
pengambil keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki nilai yang kuat akan menggunakan paradigma pengambilan keputusan yang tepat. paradigma yang digunakan akan mempertimbangkan karakteristik dan akibat yang akan terjadi dari keputusan yang diambilnya.
Setiap dilema etika dan bujukan moral berpengaruh pada sebuah tatanan lingkungan. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sangat ditunggu oleh semua pihak. Sebuah keputusan yang tepat akan dirasakan bermanfaat oleh semua pihak. Keputusan yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap lingkungan. Sehingga sangat memungkinkan terciptanya perubahan lingkungan menjadi lenih nyaman, kondusif, dan aman.
Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran seringkali harus terbentur dengan bujukan moral atau melibatkan dilema etika pada suatu sistem pemangku kepentingan yang harus diutamakan. Dan tentunya pengambilan keputusan tersebut harus kembali ke paradigma yang berlaku pada suatu lingkungan. Pemilihan paradigma pengambilan keputusan yang tidak sesuai dengan sistem yang berlaku akan memunculkan dilema etika yang baru. Sehingga Pengambilan keputusan sangat sulit untuk menghindari para pemangku kepentingan.
- Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Prinsip pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu
1. berpiki berbasis hasil akhir,
2. berpikir berbasis peraturan,
3. berpikir berbasis rasa peduli.
Pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan titk mulai memerdakaan murid dalam belajar. Pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran yang menggunakan prinsip yang tepat memunculkan rasa percaya kepada semua pihak, baik itu guru, murid, atau tenaga kependidikan. Rasa percaya ini akan berpengaruh terhadap dedikasi setiap elemen untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing. Hasil akhirnya adalah pemenuhan kebutuhan murid untuk merdeka belajar akan terpenuhi dengan baik.
Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran menggunakan 9 langkah yaitu:
1. Mengenal nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
3. Mengumpulkan fakta-fakta
4. Pengujian benar atau salah
5. Pengujian benar lawan benar
6. Melakukan prinsip reolusi
7. Investigasi Opsi Trilema
8. Membuat keputusan
9. Melihat kembali keputusan dan merefleksikannya
Sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa guru berperan menuntun siswa menuju kebahagiaan. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran akan menghasilkan rasa percaya pada diri semua warga sekolah. Nilai Kepercayaan ini akan dipegang oleh guru dan murid untuk mengembangkan sekolah maupun mengembangkan potensinya masing-masing. Sehingga setiap guru akan melakukan tanggungjawabnya untun menuntun siswa menuju kebahagiaan.
Guru yang memiliki nilai dan semangat sesuai dengan
filososfi pratap triloka ki hajar Dewantara akan dapat membentuk budaya positif di sekolah. Melalui keteraampilan sosial emosional yang matang akan dapat berperan
sebagai coach untuk melejitkan potensi murid. Dan akhirnya optimisme murid untuk menatap masa depan akan terbentuk melalui pengambilan keputusan yang efektif seorang , seorang pemimpin
pembelajaran tersebut
(Abd. Rahman Jamal)
SMPN 1 Selong