Selasa, 24 Agustus 2021

Membuat Kesepakatan Kelas

Kesepakatan Kelas untuk Efektifitas Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu pengetahuan yang ditemukan melalui proses percobaan, khususnya di laboratorium. Demikian juga pembelajaran IPA hendaknya dilakukan dilakukan dengan mengoptimalkan proses penemuan pengetahuan sendiri oleh siswa melalui metode ilmiah. Pembelajaran seperti ini dapat dilakuakan dengan menggunakan metode pembelajaran berbasiskan laboratorium. Hal ini disebabkan karena laboratorium IPA menyediakan kondisi dan fasilitas yang mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasiskan eksperimen atau pun penemuan. Pada aksi nyata modul 1.4 telah dilakuakan dengan memaksimalkan KIT IPA sebagai perangkat pembelajaran berbasiskan eksperimen dan penemuan di laboratorium IPA. Akan tetapi terdapat beberapa masalah pada pelaksanaan pembelajaran IPA di laboratorium, antara lain:1) Pembelajaran IPA berbasiskan eksperimen di Laboratorium sering melewati waktu alokasi waktu yang seharusnya; 2) Pembelajaran berbasiskan laboratorium IPA sering menimbulkan kerusakan alat; 3) Kebersihan Laboratorium IPA tidak terjaga terutama ketika pembelajaran selesai; 4) Eksplorasi pengetahuan siswa tidak optimal karena suasana kelas yang ribut, karena banyaknya alat IPA yang menarik untuk dicoba oleh siswa Masalah utama yang muncul pada pelaksanaan pembelajaran berbasiskan eksperimen adalah wakto. Pembelajaran yang melibaatkan siswa secara lamngsung untuk menemukan pengetahuan sendiri melalui proses percobaan seringkali melebihi alokasi waktu yang telah direncanakan oleh guru. Langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun oleh guru sering tidak dapat terlaksana dengan utuh. Akibatnya adalah kompetensi siswa, baik kognitif maupun psikomotorik, tidak dapat dicapai melalui pembelajaran tersebut. Bahkan beberapa proses percobaan siswa tidak dapat diselesaikan dalam alokasi waktu yang ada. Hasil yang lebih mengecewakan adalah konsep atau pengetahuan yang diharapkan tidak dapat disimpulkan dalam satu pertemuan. Solusinya tentu adalah melanjutkan pada pertemuan berikutnya. Hal ini akan berdampak terhadap proses pembelajaran berikutnya. Pembelajaran IPA berbasiskan eksperimen atau penemuan akan optimal jika dilaksnakan di laboratorium IPA. Pembelajaran tersebut menggunakan alat-alat laboratorium yang bermacam-macam, salh satunya adalah alat yang terbuat dari bahan yang mudah pecah dan mudah rusak. Seperti pada pembelajaran suhu biasanya menggunakan gelas kimia dan termometer yang terbuat dari kaca. Menurut catatan laboran IPA SMPN 1 Selong jumlah keruskana alat-alat pembelajaran IPA selalu ada pada setiap materi pembelajaran. Sebenarnya setiap pembelajaran dimulai selalui diingatkan untuk menjaga keselamatan kerja pada proses pembelajaran. Akan tetapi tingkat keaktifan siswa yang tinggi pada pembelajaran IPA berbasiskan laboratorium membuat kerusakan alat praktikum memang kadang sulit untuk dihindarkan. Pembelajaran IPA yang dilakukan di laboratorium IPA menggunakan metode eksperimen tentunya membutuhkan alat-alat praktikum yang cukup banyak. Selain itu waktu pembelajaran yang sering melewati alokasi waktu sering menimbulkan masalah pasca pembelajaran. Jam pembelajaran IPA yang telah habis dan digantikan oleh jam mata pembelajaran lain tentunya membuat siswa harus cepat kembali ke kelas mereka. Hal ini menimbulkan masalah kebersihan dan pengaturan kembali ruangan maupun alat-alat praktikum menjadi tidak maksimal dilakukan oleh siswa. Ruangan laboratorium tidak tertata seperti pra pembelajaran, demikian juga beberapa alat praktikum kadang masih kotor dan belum dikembalikan ke tempatnya. Ini tentunya akan mengganggu pelaksanaan pembelajaran IPA. Salah satu tujuan pembelajaran eksperimen adalah memunculkan sikap ilmiah pada siswa. Salah satu sikap ilmiah yang diharapkan adalah sikap ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran. Sikap ini dapat dibangkitkan dan ditingkatkan dengan memberikan kesempatan eksplorasi materi dan alat eksperimen secara lebih luas. Akan tetapi aktivitas pembelajaran eksperimen di laboratorium membuat suasana kelas menjadi ribut dan kadang tidak kondusif untuk mendengarkan peringatan guru. Eksplorasi siswa terhadap materi dan alat praktikum menjadi tidak sistematis dan akhirnya pengetahuan tidak akan terbentuk sesuai dengan konsep yang sebenarnya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka disusun sebuah aksi nyata Calon Guru Penggerak yang berjudul, “Kesepakatan Kelas untuk Efektifitas Pembelajaran IPA.” Aksi nyata tersebut dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan efekfitas dan efisiensi pelaksanaan pembelajaran IPA berbasiskan eksperimen di laboratorium. Selain itu untuk meningkatkan kepedulian siswa terhadap kondisi laborattoirum IPA sehingga dapat digunakan pada pembelajaran dengan maksimal. Kesepakatan kelas dibutuhkan agar siswa merasa memiliki dan menyadari sendiri bahwa laboratoirum IPA sangat bermanfaat untuk pembelajaran.Sehingga alat-alat tersebut dapat terjaga dengan baik. Kesepakatan kelas ini juga sangat bermanfaat bagi guru, tidak hanya bagi tercapainya kompetensi yang diinginkan pada siswa, tetapi juga efisiensi alokasi waktu pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran akan dapat dilaksanakan sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hal ini disebabkan karena siswa telah memiliki kesepakatan kelas yang akan membuat pembelajaran dapat dilaksanakan dengan sistematis sesuai dengan rencana. Kesepakatan kelas dibuat dengan melibatkan siswa secara langsung dan aktif. Ide kesepakatan disusun berdasarkan ide siswa sendiri. Siswa mengamati kondisi laboratorium pra dan pasca pembelajaran. Selain itu siswa juga diminta untuk mengamati proses pembelajaran di laboratorium. Berdasarkan ide siswa tersebut disusun sebuah kesepakatan kelas yang akan mengikat siswa untuk mematuhi secara sadar tata tertib laboaratorium dan proses pembelajaran IPA. Setelah kesepakatan kelas disetujui oleh siswa maka guru mengingatkan siswa untuk mematuhi kesepakatan tersebut. Siswa juga tentunya akan berusaha mematuhi kesepakatan kelas tersebut karena disusun berdasarkan ide mereka sendiri dan dimaksudkan untuk terlaksananya proses pembelajaran IPA yang menyenangkan. Selanjutnya kesepakatan kelas diinformasikan kepada laboran dan guru IPA lainnya. Hal ini dilakukan untuk membangun optimisme guru tentang pembelajaran IPA berbasiskan laboratorium. Guru akan merasa yakin bahwa pembelajaran akan berlangsung secara efektifit dan efisien. Setelah aksi nyata dilaksanakan selama dua minggu menunjukkan hasil yang cukup baik. Smua langkah-langkah pembelajaran dapat dilaksnakan sesuai dengan alokasi waktu yang telah direncanakan oleh guru. Keruskaan alat dapat dimimalisir karena siswa telah memiliki kesepakatan untuk mengikuti pembelajaran dengan memerhatikan kselamatan kerja. Hasil akhirnya adalah tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Aksi nyata ini dapat dikatakan memiliki tingkat keberhasilan sekitar 80%. Aksi nyata ini sangat bermanfaat untuk proses pembelajaran IPA yang menekankan pembentukan pengetahuan sendiri oleh siswa. Adapun keberhasilan yang dicapai adalah siswa telah cukup baik mematuhi kesepakatan kelas yang telah dibuat. Kondisi kelas di laboratorium menjadi kondusif untuk sebuah pembelajaran eksperimen. Siswa terlihat bertanggungjawab terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Adapun masalah yang masih muncul adalah terbatasnya informasi kesepekatan kelas di masa new normal ini. Siswa masuk secara bergilian antara yang absen ganjil dengan absen genap. Sehingga kesepakatan kelas pada siswa absen ganjil tidak dapatdisepakati semua pada siswa absen genap. Alternatif pemecahan yang saya lakukan adalah membuat kesepakatan kelas secara daring melalui google meet. Masalahnya adalah tidak semua siswa hadir pada sesi daring tersebut. Selain itu siswa tidak dapat mengamati secara langsung kondisi dan pembelajaran IPA secara langsung pada saat penyusunan kesepatakan kelas tersebut. Siswa hanya dapat berusaha mengingat kondisi riil laboratorium dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Aksi nyata membuat kesepakatan kelas untuk efektifitas pembelajaran IPA ini masih belum direalisasikan oleh semua guru IPA. Masih setengah jumlah guru IPA yang melaksanakan pembelajaran IPA di laboratorium, sehingga kesepakatan kelas tidak dapat dibuat oleh semua guru. Maka rencana perbaikan saya adalah berusaha meyakinkan guru lainnya untuk menyusun kesepakatan kelas dalam pembelajaran mereka. Saya akan menggunakan media youtube untuk menunjukkan keberhasilan pelaksanaan aksi nyata tersebut.